Rabu, 12 Maret 2014

MEMPELAJARI SENI DAN TEKNIK MENULIS PUISI

Oleh: Tamara Audry Danuwidjaya

     Banyak orang bermimpi dan berpikir, bahwa mudah untuk jadi seorang penulis ataupun seorang penyair sehingga layak disebut seorang sastrawan. Punya buku atau ditasbihkan sebagai seorang sastrawan, terkadang cara cepat untuk bisa diakui oleh orang lain. Padahal apakah kita sadar, bahwa tanggung jawab sebenarnya kita dimulai adalah setelah buku kita dihasilkan,dicetak dan diedarkan. Bukan masa-masa proses penulisan atau editingnya. Apakah itu akan menjadi sebuah karya yang bermanfaat dan berguna buat orang lain? Apakah menghasilkan dan menemukan suatu ide atau bahasa-bahasa yang baru? Atau hanya menjadi pengulangan ide sehingga menjadi klise. Atau hanya jadi sebuah kumpulan sampah yang menyesatkan buat orang lain. Karena sebenarnya banyak hal yang harus benar-benar dipelajari dan dipahami untuk layak mengklaim diri sebagai seorang penulis, penyair atau sastrawan.
     Dan butuh proses serta kesabaran panjang untuk bisa menciptakan sebuah temuan dari banyaknya bahasa-bahasa baru.
Bahkan saya sendiri baru memahami beberapa istilah yang sering saya dengar dan baca, karena bodohnya saya hanya mengerti arti istilah itu tapi bukan benar-benar memahaminya.
Dalam "The art and craft of poetry" karya Michae J.Bugeja atau "The Elements of Style" karya William Strunk, Jr atau kutipan dari "Essential Poetry Technique" banyak yang bisa kita pelajari untuk menjadi panduan kita dalam menulis sebuah puisi. Tapi tentu saja dengan penulisan yang sedikit merumitkan.
     Dan mungkin dengan tulisan saya yang tidak terlalu bagus ini, bisa berguna buat teman-teman yang ingin mencoba menulis, tapi masih "ribet" dengan istilah-istilah dunia penulisan bagi orang awam kebanyakan. Karena saya mencoba menyederhanakannya menjadi sebuah pengetahuan yang benar-benar sederhana untuk dipahami. Terutamanya oleh diri saya sendiri.
Baiklah, mari kita mulai.

Metafor adalah pemahaman sederhana dari sebuah bahasa gambar yang bisa divisualisasikan dengan tepat dan benar saat proses mengolah konsep yang membutuhkan konsentrasi berpikir sehingga menghasilkan sebuah bahasa baru.

Simile juga memiliki persamaan dengan metafor, hanya saja harus menambahkan kata "seperti" ataupun setaranya.

Sedangkan extended metaphor atau perluasan metafor ditujukan untuk pengerucutan dan ia perluasan predikasi dari suatu subjek

contoh:

"wajahmu purnama raja
penuntun kaki pengembara di malam gulita
...
..."

Namun simile yang berbeda dengan metafor terjadi saat sebuah tulisan berakhir menjadi sebuah example

contohnya:

"Keajaiban gravitasi
Seperti bulan padam yang mengambang
Kemiringan hujan dan pepohonan"

; adalah tulisan yang memiliki hubungan relasi kepada obyek sehingga saling melengkapi visualisasi dari gravitasi dan akhirnya hanya menjadi sebuah example dari tulisan itu sendiri.

Kecerdasan puitik adalah kemampuan menemukan sesuatu, melihat yang tak terlihat, atau menarik hubungan antara hal-hal yang tampak tak berhubungan sekalipun. Di dalamnya terdapat sensitivitas penglihatan untuk detail yang signifikan dan relevan, kepekaan terhadap bahasa verbal maupun visual, dan keahlian naratif maupun figuratif yang memungkinkan bagi penciptaan sesuatu.

Apakah kecerdasan puitik berkaitan dengan puisi? Apakah kecerdasan puitik adalah kecerdasan berpuisi?

Ya, kecerdasan puitik berkaitan dengan puisi, kecerdasan berpuisi. Puitik adalah kata sifat bagi puisi atau hal-hal yang berkaitan dengan puisi. Sebagai kata benda, puitik adalah praktik menulis puisi atau komposisi puitik, risalah mengenai sifat, bentuk, dan hukum puisi.
  
Kecerdasan berpuisi? Seberapa pentingkah?

Tak dipungkiri bahwa puisi bagi kebanyakan orang memiliki reputasi yang buruk, tak lebih dari sekumpulan kata-kata kosong aneh, ungkapan perasaan mendayu-ndayu, atau kalimat-kalimat putus asa penuh tanda seru, yang tak memiliki relevansi apapun dengan kehidupan. Pandangan itu tentu sebuah kesalahpahaman.

“Puisi” berasal dari kata Yunani “poiesis”—“poiein”, yang artinya “menemukan”—“menciptakan”. Sebagai penemuan-penciptaan, puisi pertama-tama tentu soal penghayatan, pertanyaan terhadap realitas dalam maupun luar dan pencarian jawabannya. Hal ini membuat puisi selalu relevan bagi kehidupan, bahkan signifikan, penting.

Jawaban-jawaban atau realitas-realitas baru yang ditemukan dalam proses penghayatan itu tentu belum terbahasakan, sehingga dibutuhkan metafor-metafor yang diciptakan melalui penukaran, pengubahan tanda, atau analogi dari aset bahasa berdasarkan prinsip-prinsip similaritas-dissimilaritas, yang ketepatan dan kebermaknaan merupakan taruhannya.

Contohnya:
“I believe the souls of 500 Sir Isaac Newtons
would go to the making up of a Shakespeare or a Milton"

(Samuel Taylor Coleridge)

; ungkapan diatas bermaksud bahwa

1 shakespeare atau 1 milton = 500 newton

; yang juga bermaksud bahwa untuk menjadi seorang penyair atau penulis membutuhkan kecerdasan lebih dari seorang ilmuwan.

Itu dikarenakan bahwa seorang ilmuwan hanya perlu 1 eureka, sedangkan seorang penyair atau penulis, membutuhkan eureka dalam setiap langkahnya.

note:
Eureka adalah teriakan saat seseorang menemukan sesuatu; i find it !
( berlaku kepada ilmuwan, penyair ataupun penulis ).

     Namun yang membedakannya kepada seorang penyair ataupun penulis dari seorang ilmuwan adalah temuan kata yang seharusnya tak asing namun bukan berarti menemukan sesuatu dan menyatakan sesuatu yg umum, sudah biasa atau klise.
Karena ketika menemukan sebuah penemuan, maka pasti memerlukan bahasa baru. Dan karena itu bahasa baru, menemukan bahasa baru, maka ia pasti sebuah metafor.
     Seperti sebuah epifani yang tampak seperti kesadaran tiba-tiba, namun sebenarnya ia adalah hasil pencarian dari sebuah usaha keras untuk menemukannya.
Karena epifani adalah sebuah pencerahan dalam situasi di mana realisasi mencerahkan memungkinkan masalah atau situasi yang ditemukan dapat dipahami dari perspektif baru dan lebih dalam tentunya.

Because, I always think being a writer it is the coolest job in the world.Turns out that writing is easy. But it was not easy when we want to make the field of writing as a job. Because writing is not just writing. There should be awareness that writing is not only need talent. But it is also a good technique and imagination. So for me, being a writer remains the coolest job in the world. But at the same time be the most difficult job. Because of the talent, ability, technique, taste, and imagination becomes the most important element. And finally, not all authors were able to write a good article. Even the big names are not a guarantee of the best writings. Even sometimes feels like writing rubbish. So what we have to do is learn. Yes, learning to write well.

Sumber:

Mengutip beberapa tulisan, komentar dan status dari akun Facebook Nuruddin Asyhadie
Mengutip beberapa komentar pada sebuah note akun Facebook Eimond Esya yang berjudul Keindahan Arkeologi.
Buku The art and craft of poetry karya Michae J.Bugeja
The Elements of Style karya William Strunk, Jr
Kutipan dari "Essential Poetry Technique"
Hasil googling

Minggu, 09 Maret 2014

Aku Bahagia

Minggu ketiga bulan Maret
Pagi hari, cuaca di Kuala Lumpur mendung
Menyentuh bantal, mencari bayangan lelakiku
Memejamkan mata, masih terasa pelukannya malam tadi
Tiap sentuhan lembut, bisikan penuh rindu, kata-kata cinta
Aku tersenyum, bahagia

Beberapa waktu lalu, aku tampak bodoh
Menangis, merindu, kesepian dan terluka
Ada kisah tragis yang tak mampu diterima

Aku beranjak dari ranjang, meraih my phone
Hanya ingat sebuah nama, aku merindukannya
Mon cheri..

Suara paraunya, baru saja terbangun, aku menggodanya
Tiap ucapannya selalu membuatku tertawa
Terkadang seperti orang gila, tersenyum dan tertawa sendiri, bahagia

Dia kekasihku
Dan aku bahagia bersamamu.

( TAD, Maret 2014)

Sabtu, 08 Maret 2014

LELAKIKU

Kamu tahu..
Kamu bukan lelaki menarik yang bisa membuat aku jatuh cinta
Kamu bukan lelaki idaman yang akan membuatku mudah merindu
Tapi entah bagaimana, aku sendiri masih bertanya
Saat kamu hadir jadi begitu istimewa

Kamu tahu..
Aku bukan perempuan yang pandai menulis kata untuk mengatakan perasaan
Aku bukan perempuan anggun yang bisa membuatmu terpesona
Aku bukan perempuan menarik yang bisa membuatmu jatuh cinta
Tapi entah bagaimana, kamu sendiri masih bertanya
Saat aku hadir jadi begitu istimewa buatmu

Banyak hal terjadi, seperti sebuah keajaiban
Hal-hal menarik yang tak diperhitungkan
Hubungan cinta pun tercipta tanpa rekayasa

Kita pernah punya masa lalu dan kita tahu itu
Belajar memberi dan menerima tanpa paksaan
Menjaga hati dan diri atas nama kepercayaan.

(TAD, Maret 2014)

Jumat, 07 Maret 2014

Ketika Aku Mengenangmu

Aku mungkin bukan perempuan yang mampu menuliskan kata sebaik T yang selalu membuatmu excited
Aku mungkin bukan perempuan yang mampu bermulut manis seperti M yang selalu membuatmu tertawa
Aku juga bukan perempuan menarik seperti C yang bisa membuatmu berdebar ingin mendekatinya
Aku hanya perempuan naif, bodoh, keras kepala, bermulut kasar dan berego tinggi
Yang terus berusaha menulis untuk membuatmu bangga, walau hasil tulisanku cuma sampah
Perempuan yang selalu susah tidur dan menghabiskan malamnya hanya merokok dan berharap bisa bicara denganmu
Memperhatikan apa yang kau lakukan dibalik dinding kaca
Hanya sebuah kenangan yang tersisa, bukan hal yang menyenangkan malah
Mungkin buat orang lain kau tidak tampan, bahkan usiamu jauh dariku
Tapi buatku, kau adalah lelaki yang paling brengsek yang membuatku bertekuk lutut
Yang sampai detik ini masih mampu menagis karena merindukanmu
Yang harus belajar membenci untuk bisa melupakanmu
Aku mungkin bukan seperti perempuan-perempuan yang pernah singgah dalam hidupmu
Aku hanya perempuan yang pernah mencintaimu dengan segala kelemahanku.

(TAD, Maret 2014)

Kamis, 06 Maret 2014

Love Unconditionally

Satu sketsa wajah samar hadir dalam mimpi; vision
Entah siapa, entah dimana

Mimpi-mimpi panjang yang meletihkan
Sempat terlupakan, tak ingat malah
Puzzle cerita yang tak tahu harus disusun seperti apa, terlalu banyak lompatan cerita yang menambah kerumitan
Dejavu, peristiwa-peristiwa tak terelakkan

Lelaki itu, pemilik wajah samar yang selalu kulihat pada tiap vision
Bukan kekasihku, atau para pemujaku
Entah siapa dia, kemudian menjadi pertanyaan yang terlupakan

Lelaki itu dihadapanku kini, bukan nyata tubuh
Namun aku mampu merasakan tiap lekuk wajahnya, mendengarkan degup jantungnya, menyatu bersama sukmaku

Entah perasaan apa ini, sebuah kepercayaan, cinta tanpa syarat hadir menyempurnakan pencarian
Aku terhenti pada satu takdir yang aneh, benarkah?
Apakah reinkarnasi?
Atau hanya pengulangan karma?
Entahlah, apa peduliku.

(TAD, FEBRUARI 2014)

My Illusion

Ada gairah tiap kali kau ada walau tak nyata
Samar wajahmu seakan mampu ku sentuh
Degup jantungmu seakan menyatu bersama aliran darahku
Pelukmu menghangatkan tiap inci persendian tubuhku
Seakan hanya ada kau dan aku tercipta laksana adam dan hawa
Apakah ini cinta?
Kasih sayang seperti apa yang sedang kita cipta?
Bahkan ketika aku tahu, aku hanya pengulangan karmamu
Tida kemarahan, hanya sebuah pengabdian untuk rasa yang hadir

Dalam pelukmu, ada kemarahan yang teredam, entah mengapa?
Seperti sentuhan jemari yang menyusuri tiap lekuk wajahmu
Matamu, hidungmu, bibirmu, seoerti sebuah kenyataan yang absolut
Tiada pengingkaran, hanya sebuah penerimaan abadi
Aku mencintaimu tanpa syarat

Aku mampu mendengar desah nafasmu, merasakan erat pelukmu dalam hangat gelombang koneksi yang tak dimengerti
Menjadikan samar wajah itu nyata dalam pikiran dan hatiku.

(TAD, FEBRUARI 2014)

My Vision

Bayang-bayang yang membingungkan; pria tak dikenal
Vision-vision melelahkan; perempuan menyedihkan

Pertemuan yang tidak diduga, ketertarikan yang tidak pernah dibayangkan
Penjabaran panjang atas pengujian untuk sebuah temuan
Memperhitungkan tiap kemungkinan; memperkecil manipulasi
Bahwa kebenaran adalah sebuah kenyataan

Masih lagi meragukan; tentu saja
Siapa yang akan percaya untuk sebuah mimpi yang tak mampu dipertanggungjawabkan
Bahkan mungkin akan dianggap gila untuk semua pernyataan

Dalam tangan perempuan itu setiap desakan aura tersentuh
Dalam mata perempuan itu masa depan diperlihatkan semesta
Dalam tubuh perempuan itu penyatuan disempurnakan

Seperti cinta purba; keterikatan akan masa lalu
Yang tak pernah mati; walau ratusan abad terpisah
Tanpa tahu akhirnya, tanpa bisa mengubah takdirnya.

(TAD, MARET 2014)