Jumat, 18 Oktober 2013

~ Tetaplah Bersamaku Sahabat ~

Ketika kisah cinta itu usai
Mungkin butuh waktu panjang untuk membiarkan rasa reda lalu menghilang
Walau terkadang kenangan itu masih lagi tersisa jadi cerita usang
Karena itu tetaplah bersamaku sahabat

Walau bukan mudah untuk jadi tangguh
Namun bukankah kita para penjaga tanah harapan tempat tersemai jutaan impian
Mengapa harus jadi lemah ketika badai menghempas letih raga

Karena seperti yang kau tahu
Bukankah kehidupan bukan hanya pengajaran tentang hangatnya mentari pagi
Atau indahnya lazuardi yang memerah saga

Karena kehidupan juga beri terjemahan arti perjuangan
Bahagia tidak tercipta percuma
Ada pengorbanan yang mesti siap kau berikan

Karena hidup juga akan bergolak laksana gelombang pasang yang siap menjunamkan jiwa-jiwa yang lemah kedasar labirin keputusasaan

Walau kita harus merangkak di kaki waktu
Tapi tak kan pernah ku ijinkan keputusasaan jadi senyawa di desah nafasku
Karena mimpi adalah kekuatan kita untuk jadi pencipta sejarah pada masa depan
Maka melangkahlah bersamaku sahabat
Dan juga mimpi-mimpi kita yang masih tersisa.

~ Diantara Rasa ~

Diantara resah yang mengusik
Ada debar rindu menyapa sudut gelap relung hati yg selama ini tak tersentuh
Ada tanya yang tercipta tentang hadirnya rasa didetak waktu
Dan ada aku yang masih tak mampu katakan tentang rasaku

Mungkin aku tampak lemah
Atau mungkin terlihat menyia-nyiakan masa
Jawaban akan tampak sempurna jika ku tak terus menghimpun tanya
Tapi apakah cerita dongeng akan selalu berakhir bahagia

Diantara pengembaraanku menjelajahi tanah kudus tempat tersemai jutaan mimpi yang tak tersentuh
Aku tak mengerti ketika langkahku terhenti pada satu destinasi yang masih samar
Aku juga tak tahu apakah ini hanya sekedar pelangi yang berkamuflase
Ataukah rasa yang nyata tanpa harus terjebak dalam bianglala imajinasi

Namun jujur aku menikmati senjaku dalam gairah yang berbeda
Walau akhirnya lazuardi tetap tampak memerah saga.

~ Ketika ~

Ketika ribuan senja di butuhkan pemahaman atas sakit yang diberikan
Maka selama itu pula
Sang pemilik kepak sayap mencoba belajar memahami tentang hakikat kenyataan
Bahwa sebuah catatan langit telah menjabarkan tentang kisahnya
Dan bukankah kau mengerti rasa itu

Lalu ketika kepak sayap yang patah itu kini telah kembali sempurna
Salahkah ia bila mulai merindukan langit?
Dan meninggalkanmu
Juga kidung kebijaksanaan yang selalu kau ajarkan

Apalagi setelah ditemukannya tanah harapan baru tempat himpunan semaian mimpi-mimpi tersimpan

Namun kepergiannya bukan berarti dia berhenti melupakanmu
Hanya belajar untuk jadi tangguh
Agar air matamu tak jadi sia-sia
Apalagi banyak pelajaran yang coba dia terjemahkan

Dan apakah kau tahu..
Bahwa sang pemilik kepak sayap itu yang kini akan jadi penjagamu walau hanya dalam diam.

~ Harapku ~

Ku jejaki langit yang perlahan menghitam
Masih tersisa senyum mentari di sebalik rimbunnya hujan yang basahi beranda tadi
Seketika ku terjaga akan dingin yang tercipta
Bahkan tempias angin serasa membasahi tiap sudut kata yang terucap olehku dan juga mereka
Semoga anugerah ini adalah sebuah berkah
Bukan jadi salah satu bencana yang sekedar menyadarkan kita yang terlupa

Aku masih lagi di sini
Mencari penggalan mimpi-mimpi yang belum terselesaikan
Apalagi ketika kata-kataku tak mampu lagi terangkai dalam ayat-ayat yang bercerita tentang indahnya lazuardi yang memerah saga

Membuatku merasa hanya mampu menatap bisik sang bayu
Tanpa mampu memahami celoteh sang waktu

Lalu apakah aku telah kehilangan pemahamanku
Atau aku tak lagi mampu menterjemahkan imaginasi yang tertinggal.

~ Mungkin Saja ~

Hadirmu adalah satu kenyataan yang terindah
Layaknya ruang tunggu pada penantian sebuah destinasi
Walau terkadang tanya dan resah tak juga mampu ku tepis saat mengusik
Namun aku percaya pada cinta yang telah tertitip sempurna
Bahwa kan ku jaga cintamu hingga akhir waktu

Mungkin sempat tercipta rasa yang jujur tiba-tiba dipertanyakan oleh sang waktu
Seberapa pantaskah penantian ini?

Bahkan ketika ku coba telusuri jawab di kaki langit
Aku akhirnya di hadapkan pada satu pemahaman yang tidak terpahami
Bahwa mungkin saja semua yang di perjuangkan ternyata hanya sebuah ilusi
Maka jangan lihat ke arahku untuk mencari jawab itu
Tapi cobalah belajar untuk tanyakan pada hatimu.

~ Yang Kemudian ~

Ketika tiba-tiba ku temukan engkau dipenggalan sejarah yang masih dikenang
Ketika tiba-tiba cinta itu hadir diantara kesepian panjang
Banyak hal yang kemudian berubah begitu saja
Namun aku tak pernah meminta apapun
Karena yang ku ingin hanya cinta yang ada di hati
Seperti apapun dirimu..

Yang kemudian aku mencintaimu dengan semua kelebihan dan kekurangan yang kau punya
Karena buatku itu lebih dari cukup untuk buatku bahagia

Karena terkadang aku seakan tersekat pada rasa yang dulu pernah tercipta dengan indah
Dan sungguh aku tak pernah menduga akhirnya akan menemukanmu kembali di jejak kenangan yang hampir pupus

Namun mengapa aku malah kembali mencipta tanya yang ku tahu jawabnya
Dan itu membuatku hanya terdiam di bisunya sang waktu

Dan dalam gerak tari rindu jemari merangkai kata demi kata yang terjalin cipta satu peradaban kehidupan yang sempurnakan nadi-nadi bersyaraf
Aku biarkan rentak jiwa ini mengalun diantara dawai kebebasan yang tersendat dalam mati suri.

~Semoga Masih Ada Harapan~

Diantara kibasan jemari yang seakan menantang bayu
Ragaku masih saja terpaku di tebing itu
Tempat di mana luka itu ku titipkan kala kepakku tak lagi mampu membawaku terbang menembus batas waktu
Yang masih lagi berharap akan menemukanmu diantara gugusan bintang-bintang yang berpendar muram

Dalam dekap sang waktu
Ku nikmati hangat rengkuh mimpi yang jadi senyawa di tiap aliran darah kehidupan
Ku biarkan asa jadi penuntun bagi jiwa yang masih lagi mencari tanah harapan tempat benih-benih mimpi tersemaikan
Semoga kehidupan akan beri sedikit harapan pada tiap asa yang masih lagi ku percayai.

~ Ketika Resah Mengganggu ~

Ketika tempias hujan tiba-tiba menyadarkan lamunku yang seakan hilang arah
Terlalu banyak hal yang bermain dalam pikiranku
Seakan riak gelombang di samudra pasai
Bergelora siap menghempas penghalang

Entah mengapa resah ini masih saja mengganggu
Masih saja hadir bersama jutaan tanya yang beranak pinak
Kemudian hening..
Kosong..
Sepi..

Lalu serpihan bayang masa lalu itu kembali datang
Mengukir jejaknya kembali ditembok waktumu yang ku pikir telah sirna dalam bias hari
Namun entah mengapa seketika saja resahku menjadikanku tak lagi mampu tegar menentang angin

Padahal aku tak ingin membuatmu takut melangkah denganku
Itu bukan inginku
Namun aku juga tak mampu membantah raguku.

~ Maka Berakhirlah Kisah ~

Lirih ku kecup badai yang menerpa kala resah itu masih lagi enggan pergi
Aku terlalu jenuh memikirkan "mengapa" dalam tanya yang tak terjawab

Karena hanya menjadikan ayat-ayatku tersekat dalam talian waktu tak tersentuh
Padahal bahagia masih lagi menunggu setia untuk ku hampiri dengan segera
Lalu mengapa masih saja ku biarkan rasaku terganggu ketika masa lalu itu seakan jadi penghuni ingatmu

Bukankah tiap cerita kusam itu kini telah terkubur dalam keikhlasan
Hanya munajat dalam lirih doa terucap diantara doa-doa sang penghuni waktu
Semoga hati yg sekepalan tangan ini tak menghitam dalam dosa yg berpanjangan

Dan ku lepaskan semua belenggu yg menghantarkanku jadi manusia yg tak bertawakal
Bahwa bukankah aku masih memiliki Tuhan
Lalu mengapa aku harus memaki langit
Jika nestapa ini adalah jalanku untuk mensyukuri nikmatNya.

~ Maka Biarkanlah ~

Diantara bait-bait kata yang terajut dalam untaian risalah yang beralkisah
Terkadang hadir bersama jutaan rasa yang tak lagi terbelenggu
Tawarkan bahagia dan airmata laksana sebuah permainan dari langit
Yang menginginkan kita belajar dari perihnya luka yang diberi sang waktu
Namun tetap bisa tersenyum seperti yang diberi hari

Bukan mudah untuk memahami jejak-jejak kehidupan yang terkadang hanya seperti sketsa tak terbentuk
Lalu apakah kita akan pergi saat perjuangan belum kita lakukan
Untuk mengambil hak yang seharusnya diterima.
Maka biarkanlah catatan langit itu bercerita dengan sendirinya
Sedang tugas kita hanyalah pemeran-pemeran hikayat langit yang sudah ditentukan olehNYA.

~ Fitnah ~

Masih lagi bersahabat sepi
Menikmati resah dalam pelukan hari tak berkisah
Membiarkan lara mengapung dalam kidung kesunyian yang tak bersketsa
Maka aku akan tetap setia dalam diam tak terjabarkan langit

Rebah lara dalam sepi yang menghujam
Seakan tiada henti dipersalahkan

Padahal aku tak pernah menghujatmu
Namun mengapa kau hina aku !
Aku bukan pesalahmu
Lalu mengapa begitu bangganya kau fitnah aku tanpa belas kasihan

Tolong berhenti memfitnahku
Tidak cukupkah kau buat aku terasing
Untuk kesalahan yang tidak kulakukan padamu
Maka berikanlah sedikit saja nuraniku untukku.

-:- Mencari Jawab -:-

Ku coba kembali raba rasa yang dulu membias dalam kilau sempurna
Berharap disana masih kan ku temukan lagi debar yang dulu menggoda manja
Namun sayangnya yang ku temukan hanya serpihan sunyi yang tersisa
Kenapa?

Ku coba cari jawab itu ditiap mimpi yang dulu ku bina dengan bangganya
Namun yang terdengar hanya kidung sunyi yang tersisa
Ku pikir aku tak kan terluka untuk rasa yang ada
Namun sayangnya keberadaanku hanya jadi beban pada perjalanan hidupnya
Padahal aku tak pernah meminta lebih darinya

Seperti langit yang tak lagi bersahabat dalam dekap cahaya yang tawarkan kedamaian
Bersama santun bayu menyapa diantara rimbun dedaunan yang bergemerisik

Masih lagi sunyi saat kuraba hari yang seakan tersenyum kelu
Seakan merasakan sesak yang seakan menggelegak dalam rongga ketabahanku
Mencipta satu ruang beku yang enggan tersentuh
Membunuh tiap rasa yang pernah tumbuh
Sebagai pengakhiran dari sebuah harapan yang kini hanya jadi sebuah cerita.

~ Terpenjara Sepi ~

Seperti bintang-bintang yang hilang ditelan malam
Seperti dedaunan yang berjatuhan ditaman
Bagaikan kaki yang harus melangkah tanpa mengenal arah
Aku mengembara menjelajahi setiap resahku

Karena saat ku sadar kau tak ada dan tak lagi disini
Membuatku seakan terpenjara sepi
Walau akhirnya harus kunikmati sendiri

Seakan sudah tak terhitung waktu mencoba untuk melupakanmu
Namun entah mengapa..
Aku tetap tak mampu
Untuk menghapus bayangmu dari tiap keping kenangan yang tersisa

Terasa seperti kanvas yang kini tak lagi berwarna
Hanya putih yang hiasi kusamnya hari

Mencoba beranjak dari mimpi yang akhirnya hanya jadi epilog yang menyedihkan
Bahkan aku tak tahu apa yang aku pertahankan
Ego seperti apa yang coba dipermainkan
Atau sebuah harga diri yang telah tercalar

Dan kini..
Waktu pun jadi penyempurna luka yang berair mata.