Sabtu, 27 November 2010

~ Lelaki Senjaku ~

Ketika itu..
Tak pernah terpikirkan akan mencipta rasa pada sesosok raga sepertimu

Ketika itu..
Aku adalah raga yang bebas mengembara menjabarkan suara lantang jiwaku yg tak terbelenggu

Ketika itu..
Lembayung senja pertamaku..

Menatap raga yg terpaku pada jauhnya batas cakrawala
Nanar sorot matanya seakan menantang riak gelombang
Suara yg membisu..
Raganya membatu..

Namun entah mengapa..
Aku seakan mendengar degup jantungnya yg sedang mencari jawabnya pada sketsa langit senja itu
Aku seakan mendengar laungan kesedihannya yg disampaikan sang bayu
Begitu rentan..
Begitu tak berdaya..

Ketika itu..
Langit memerah saga pada senja berikutnya..

Aku masih menemukanmu berdiri kokoh memandang birunya langit di batas cakrawala
Siluet tubuhmu mempesona inderaku
Tapi entah mengapa aku tak lagi melihat nanarnya sorot matamu
Karena rasanya aku bisa melihat adanya ketangguhan
Adanya kekuatan dari jiwa raga yg lelah

Ketika itu..
Aku terlewatkan lazuardi yg sedang memerah saga
Yang selalu membuatku terpesona
Namun aku masih menemukanmu
Tapi tak lagi memandang jauh ke batas cakrawala itu

Karena kini..
Lelaki senja itu hanya memandang ke arahku dengan semua cinta dan harapannya yg baru tercipta Membuatku menghentikan pengembaraanku menemukan tanah impian
Menstabilkan jiwaku yg terkadang menentang langit
Melembutkan suaraku yg tak lagi memaki waktu

Karena kini..
Walau senjaku masih memerah saga
Namun kilau siluetnya lebih indah di cakrawala yg baru tercipta.

Tidak ada komentar: