Perlahan ku tulis barisan kata demi kata dalam pengharapan teramat tinggi padamu wahai saudaraku.
Berharap kau mampu mengerti hatiku.
Yang tak ingin melihatmu mencipta mimpi di tanah peradaban yg samar bayangan.
Masihkah kau ingat janji yg terucap diantara lazuardi yg memerah saga itu saudaraku.
Ketika dalam tangisku coba ku tenggelamkan sedihku jauh ke dasar samudera biru kala tak ku temukan lagi siluet lelaki senjaku di batas cakrawala.
Kau ajarkan aku untuk jadi tangguh.
Kau berikan aku cinta dalam pelukmu.
Aku tahu saat ini kau hanya ingin cipta bahagia dalam pengharapan yg luar biasa padanya.
Tapi tak pernahkah terbersit dalam hatimu bahwa kau juga cipta luka di hati kami yg menyayangimu saudaraku.
Rein saudaraku..
Masih ingatkah air mata yg selalu mengalir ketika mereka di luar sana memandangmu penuh tanya?
Masih ingatkah engkau pada bayang masa lalu yg selalu jadi belenggu senyummu?
Aku masih mengingat semua itu Rein.
Tiap air mata dan kesedihan yg selalu kau tahan tiap kali keberadaanmu di pertanyakan.
Aku masih ingat lagi semua itu Rein.
Ketika kau selalu menangis di bahuku tiap kali kau merasa sendiri.
Aku juga ingin melihatmu bahagia seperti yg lain Rein.
Tapi tidak dengan mengorbankan cinta itu atas nama ego yg kita punya.
Kembalilah Rein.
Dan aku akan menunggumu menghapus jejak hitam itu dari jalan hidupmu.
Dan temukan tanah impianmu dengan cara yg bijaksana.
Special i'm dedicated to my sister KARERINA TABHITA DANUWIDJAYA.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar