Senin, 04 November 2013

~ Selamat Tinggal Cinta ~

Diantara gemerisik angin menyapa waktu
Langkah langkah kisah berkejaran dalam lorong lorong sejarah kusam
Dimana pernah ada cerita cinta
Tentang kamu
Tentang aku
Tentang kita

Namun setelah semua rasa kini telah usai
Aku seakan tersadar sesuatu
Bahwa ternyata aku masih mampu berdiri tanpamu
Bahwa ternyata aku masih bisa tersenyum bukan karenamu
Bahwa ternyata..
Aku masih bisa bahagia bila tanpa hadirmu

Maka inilah aku
Yang akhirnya mampu memandangmu
Tanpa lagi ada luka
Tanpa lagi ada kecewa
Tanpa lagi rasa bersalah.

Minggu, 03 November 2013

Lumpuhkan Ingatanku

Semusim rasa itu pernah menggelorakan gairahku
Mencipta cinta tak bertuan
Memendam rindu tak beraga
Hanya sepi jadi penyempurna harap

Mungkin ini adalah sebuah kesalahan
Membiarkan asaku mengembara
Mencarimu diantara langit langit mimpi

Tapi sampai kapan harus kubiarkan
Langkahku terhenti pada pintu labirin tak berpenghuni

Sampai kapan..
Doa doa harapku hanya seperti nyanyian tak bernada
Yang hanya mencipta air mata tak berarti
Bukankah aku juga berhak bahagia untuk rasaku

Tuhan..
Tolong lumpuhkan ingatanku tentangnya
Agar tiada lagi harap
Agar tiada lagi rasa
Agar tiada lagi cinta
Agar tiada lagi kecewa
Agar tiada lagi ingatan tentangnya.

Jumat, 01 November 2013

Kucing Hitam

Diantara pelataran waktu yang memekat gelap
Jalanlah kucing hitam melalui lorong-lorong hitam
Menjelajah kelam dalam carut marut gelap
Mengendus wajah-wajah tanpa dosa yang berceceran tak beraturan
Memungkinkan mata
Tanpa warna
Tanpa rasa
Tanpa pengecualian
Hanya terdiam..

Masih meraba sepi tentang pencarian asa yang terburai malam
Tinggalkan seonggok pilu tatap tatap nanar sang kucing hitam
Dan lirik sinar rembulan menebak ujung jalan
Mencari jejak langkah yang masih tersisa

Lelah mungkin serasa perkosa pemikiran liar
Kembali pada titik untuk merajut kebisingan
Hingga terkapar dalam usai asa yang gersang

Lalu hentian mana yang perlu disinggahi
Bukankah aku dengan tanpa sadar
Mempengaruhi semua karya di luar cerita-cerita mereka
Yang terbenam menghilang bersama mimpi-mimpi yang menguap

Bahkan serasa menguap tak terarah
Dan membabi buta menyanyat warna malam
Hingga yang tersisa hanya letih

Kalbu yang masih lagi menanti
Bukan saja sang elok cahaya malu untuk berhitung kembali dalam beberapa detik terselimut beribu cahaya

Lalu haruskah kita hentikan menjadi sebuah pembenaran malam
Menanti ujung dari angan tanpa harap hias terjurat
Menjerat mimpi seperti gemerisik udara

Tidakkah penari-penari langit telah tertidur
Hampa tanpa sisa
Hingga tiada lagi suara yang terdengar
menuangkan hangat dalam cairan hitam pekat secara halus wangi itu terbaca

Sudahi langkah yg membata surat-surat malam
Hingga jeda waktu tak mampu menjabarkan resah langit yang muram

Tidak !
Begitu bulan kan sedikit saja tersenyum kepada mentari mengintip di balik bumi
Lalu apakah senyum itu akan bertahan dalam catatan langit
Atau hanya akan menghilang bersama gelombang pasang

Bukankah itu tanyamu
Melebihi binatang malam bersuara lantang
Mengarah kata makna akan bercumbu kembali gelap

Dan akhirnya
Inilah kisah malam dalam langkah kecil sang kucing hitam.

Jumat, 18 Oktober 2013

~ Tetaplah Bersamaku Sahabat ~

Ketika kisah cinta itu usai
Mungkin butuh waktu panjang untuk membiarkan rasa reda lalu menghilang
Walau terkadang kenangan itu masih lagi tersisa jadi cerita usang
Karena itu tetaplah bersamaku sahabat

Walau bukan mudah untuk jadi tangguh
Namun bukankah kita para penjaga tanah harapan tempat tersemai jutaan impian
Mengapa harus jadi lemah ketika badai menghempas letih raga

Karena seperti yang kau tahu
Bukankah kehidupan bukan hanya pengajaran tentang hangatnya mentari pagi
Atau indahnya lazuardi yang memerah saga

Karena kehidupan juga beri terjemahan arti perjuangan
Bahagia tidak tercipta percuma
Ada pengorbanan yang mesti siap kau berikan

Karena hidup juga akan bergolak laksana gelombang pasang yang siap menjunamkan jiwa-jiwa yang lemah kedasar labirin keputusasaan

Walau kita harus merangkak di kaki waktu
Tapi tak kan pernah ku ijinkan keputusasaan jadi senyawa di desah nafasku
Karena mimpi adalah kekuatan kita untuk jadi pencipta sejarah pada masa depan
Maka melangkahlah bersamaku sahabat
Dan juga mimpi-mimpi kita yang masih tersisa.

~ Diantara Rasa ~

Diantara resah yang mengusik
Ada debar rindu menyapa sudut gelap relung hati yg selama ini tak tersentuh
Ada tanya yang tercipta tentang hadirnya rasa didetak waktu
Dan ada aku yang masih tak mampu katakan tentang rasaku

Mungkin aku tampak lemah
Atau mungkin terlihat menyia-nyiakan masa
Jawaban akan tampak sempurna jika ku tak terus menghimpun tanya
Tapi apakah cerita dongeng akan selalu berakhir bahagia

Diantara pengembaraanku menjelajahi tanah kudus tempat tersemai jutaan mimpi yang tak tersentuh
Aku tak mengerti ketika langkahku terhenti pada satu destinasi yang masih samar
Aku juga tak tahu apakah ini hanya sekedar pelangi yang berkamuflase
Ataukah rasa yang nyata tanpa harus terjebak dalam bianglala imajinasi

Namun jujur aku menikmati senjaku dalam gairah yang berbeda
Walau akhirnya lazuardi tetap tampak memerah saga.

~ Ketika ~

Ketika ribuan senja di butuhkan pemahaman atas sakit yang diberikan
Maka selama itu pula
Sang pemilik kepak sayap mencoba belajar memahami tentang hakikat kenyataan
Bahwa sebuah catatan langit telah menjabarkan tentang kisahnya
Dan bukankah kau mengerti rasa itu

Lalu ketika kepak sayap yang patah itu kini telah kembali sempurna
Salahkah ia bila mulai merindukan langit?
Dan meninggalkanmu
Juga kidung kebijaksanaan yang selalu kau ajarkan

Apalagi setelah ditemukannya tanah harapan baru tempat himpunan semaian mimpi-mimpi tersimpan

Namun kepergiannya bukan berarti dia berhenti melupakanmu
Hanya belajar untuk jadi tangguh
Agar air matamu tak jadi sia-sia
Apalagi banyak pelajaran yang coba dia terjemahkan

Dan apakah kau tahu..
Bahwa sang pemilik kepak sayap itu yang kini akan jadi penjagamu walau hanya dalam diam.

~ Harapku ~

Ku jejaki langit yang perlahan menghitam
Masih tersisa senyum mentari di sebalik rimbunnya hujan yang basahi beranda tadi
Seketika ku terjaga akan dingin yang tercipta
Bahkan tempias angin serasa membasahi tiap sudut kata yang terucap olehku dan juga mereka
Semoga anugerah ini adalah sebuah berkah
Bukan jadi salah satu bencana yang sekedar menyadarkan kita yang terlupa

Aku masih lagi di sini
Mencari penggalan mimpi-mimpi yang belum terselesaikan
Apalagi ketika kata-kataku tak mampu lagi terangkai dalam ayat-ayat yang bercerita tentang indahnya lazuardi yang memerah saga

Membuatku merasa hanya mampu menatap bisik sang bayu
Tanpa mampu memahami celoteh sang waktu

Lalu apakah aku telah kehilangan pemahamanku
Atau aku tak lagi mampu menterjemahkan imaginasi yang tertinggal.

~ Mungkin Saja ~

Hadirmu adalah satu kenyataan yang terindah
Layaknya ruang tunggu pada penantian sebuah destinasi
Walau terkadang tanya dan resah tak juga mampu ku tepis saat mengusik
Namun aku percaya pada cinta yang telah tertitip sempurna
Bahwa kan ku jaga cintamu hingga akhir waktu

Mungkin sempat tercipta rasa yang jujur tiba-tiba dipertanyakan oleh sang waktu
Seberapa pantaskah penantian ini?

Bahkan ketika ku coba telusuri jawab di kaki langit
Aku akhirnya di hadapkan pada satu pemahaman yang tidak terpahami
Bahwa mungkin saja semua yang di perjuangkan ternyata hanya sebuah ilusi
Maka jangan lihat ke arahku untuk mencari jawab itu
Tapi cobalah belajar untuk tanyakan pada hatimu.

~ Yang Kemudian ~

Ketika tiba-tiba ku temukan engkau dipenggalan sejarah yang masih dikenang
Ketika tiba-tiba cinta itu hadir diantara kesepian panjang
Banyak hal yang kemudian berubah begitu saja
Namun aku tak pernah meminta apapun
Karena yang ku ingin hanya cinta yang ada di hati
Seperti apapun dirimu..

Yang kemudian aku mencintaimu dengan semua kelebihan dan kekurangan yang kau punya
Karena buatku itu lebih dari cukup untuk buatku bahagia

Karena terkadang aku seakan tersekat pada rasa yang dulu pernah tercipta dengan indah
Dan sungguh aku tak pernah menduga akhirnya akan menemukanmu kembali di jejak kenangan yang hampir pupus

Namun mengapa aku malah kembali mencipta tanya yang ku tahu jawabnya
Dan itu membuatku hanya terdiam di bisunya sang waktu

Dan dalam gerak tari rindu jemari merangkai kata demi kata yang terjalin cipta satu peradaban kehidupan yang sempurnakan nadi-nadi bersyaraf
Aku biarkan rentak jiwa ini mengalun diantara dawai kebebasan yang tersendat dalam mati suri.

~Semoga Masih Ada Harapan~

Diantara kibasan jemari yang seakan menantang bayu
Ragaku masih saja terpaku di tebing itu
Tempat di mana luka itu ku titipkan kala kepakku tak lagi mampu membawaku terbang menembus batas waktu
Yang masih lagi berharap akan menemukanmu diantara gugusan bintang-bintang yang berpendar muram

Dalam dekap sang waktu
Ku nikmati hangat rengkuh mimpi yang jadi senyawa di tiap aliran darah kehidupan
Ku biarkan asa jadi penuntun bagi jiwa yang masih lagi mencari tanah harapan tempat benih-benih mimpi tersemaikan
Semoga kehidupan akan beri sedikit harapan pada tiap asa yang masih lagi ku percayai.

~ Ketika Resah Mengganggu ~

Ketika tempias hujan tiba-tiba menyadarkan lamunku yang seakan hilang arah
Terlalu banyak hal yang bermain dalam pikiranku
Seakan riak gelombang di samudra pasai
Bergelora siap menghempas penghalang

Entah mengapa resah ini masih saja mengganggu
Masih saja hadir bersama jutaan tanya yang beranak pinak
Kemudian hening..
Kosong..
Sepi..

Lalu serpihan bayang masa lalu itu kembali datang
Mengukir jejaknya kembali ditembok waktumu yang ku pikir telah sirna dalam bias hari
Namun entah mengapa seketika saja resahku menjadikanku tak lagi mampu tegar menentang angin

Padahal aku tak ingin membuatmu takut melangkah denganku
Itu bukan inginku
Namun aku juga tak mampu membantah raguku.

~ Maka Berakhirlah Kisah ~

Lirih ku kecup badai yang menerpa kala resah itu masih lagi enggan pergi
Aku terlalu jenuh memikirkan "mengapa" dalam tanya yang tak terjawab

Karena hanya menjadikan ayat-ayatku tersekat dalam talian waktu tak tersentuh
Padahal bahagia masih lagi menunggu setia untuk ku hampiri dengan segera
Lalu mengapa masih saja ku biarkan rasaku terganggu ketika masa lalu itu seakan jadi penghuni ingatmu

Bukankah tiap cerita kusam itu kini telah terkubur dalam keikhlasan
Hanya munajat dalam lirih doa terucap diantara doa-doa sang penghuni waktu
Semoga hati yg sekepalan tangan ini tak menghitam dalam dosa yg berpanjangan

Dan ku lepaskan semua belenggu yg menghantarkanku jadi manusia yg tak bertawakal
Bahwa bukankah aku masih memiliki Tuhan
Lalu mengapa aku harus memaki langit
Jika nestapa ini adalah jalanku untuk mensyukuri nikmatNya.

~ Maka Biarkanlah ~

Diantara bait-bait kata yang terajut dalam untaian risalah yang beralkisah
Terkadang hadir bersama jutaan rasa yang tak lagi terbelenggu
Tawarkan bahagia dan airmata laksana sebuah permainan dari langit
Yang menginginkan kita belajar dari perihnya luka yang diberi sang waktu
Namun tetap bisa tersenyum seperti yang diberi hari

Bukan mudah untuk memahami jejak-jejak kehidupan yang terkadang hanya seperti sketsa tak terbentuk
Lalu apakah kita akan pergi saat perjuangan belum kita lakukan
Untuk mengambil hak yang seharusnya diterima.
Maka biarkanlah catatan langit itu bercerita dengan sendirinya
Sedang tugas kita hanyalah pemeran-pemeran hikayat langit yang sudah ditentukan olehNYA.

~ Fitnah ~

Masih lagi bersahabat sepi
Menikmati resah dalam pelukan hari tak berkisah
Membiarkan lara mengapung dalam kidung kesunyian yang tak bersketsa
Maka aku akan tetap setia dalam diam tak terjabarkan langit

Rebah lara dalam sepi yang menghujam
Seakan tiada henti dipersalahkan

Padahal aku tak pernah menghujatmu
Namun mengapa kau hina aku !
Aku bukan pesalahmu
Lalu mengapa begitu bangganya kau fitnah aku tanpa belas kasihan

Tolong berhenti memfitnahku
Tidak cukupkah kau buat aku terasing
Untuk kesalahan yang tidak kulakukan padamu
Maka berikanlah sedikit saja nuraniku untukku.

-:- Mencari Jawab -:-

Ku coba kembali raba rasa yang dulu membias dalam kilau sempurna
Berharap disana masih kan ku temukan lagi debar yang dulu menggoda manja
Namun sayangnya yang ku temukan hanya serpihan sunyi yang tersisa
Kenapa?

Ku coba cari jawab itu ditiap mimpi yang dulu ku bina dengan bangganya
Namun yang terdengar hanya kidung sunyi yang tersisa
Ku pikir aku tak kan terluka untuk rasa yang ada
Namun sayangnya keberadaanku hanya jadi beban pada perjalanan hidupnya
Padahal aku tak pernah meminta lebih darinya

Seperti langit yang tak lagi bersahabat dalam dekap cahaya yang tawarkan kedamaian
Bersama santun bayu menyapa diantara rimbun dedaunan yang bergemerisik

Masih lagi sunyi saat kuraba hari yang seakan tersenyum kelu
Seakan merasakan sesak yang seakan menggelegak dalam rongga ketabahanku
Mencipta satu ruang beku yang enggan tersentuh
Membunuh tiap rasa yang pernah tumbuh
Sebagai pengakhiran dari sebuah harapan yang kini hanya jadi sebuah cerita.

~ Terpenjara Sepi ~

Seperti bintang-bintang yang hilang ditelan malam
Seperti dedaunan yang berjatuhan ditaman
Bagaikan kaki yang harus melangkah tanpa mengenal arah
Aku mengembara menjelajahi setiap resahku

Karena saat ku sadar kau tak ada dan tak lagi disini
Membuatku seakan terpenjara sepi
Walau akhirnya harus kunikmati sendiri

Seakan sudah tak terhitung waktu mencoba untuk melupakanmu
Namun entah mengapa..
Aku tetap tak mampu
Untuk menghapus bayangmu dari tiap keping kenangan yang tersisa

Terasa seperti kanvas yang kini tak lagi berwarna
Hanya putih yang hiasi kusamnya hari

Mencoba beranjak dari mimpi yang akhirnya hanya jadi epilog yang menyedihkan
Bahkan aku tak tahu apa yang aku pertahankan
Ego seperti apa yang coba dipermainkan
Atau sebuah harga diri yang telah tercalar

Dan kini..
Waktu pun jadi penyempurna luka yang berair mata.

Kamis, 17 Oktober 2013

~:~ INGINKU ~:~

Ingin saja ku bunuh ingatanku
Tentangmu..

Ingin saja ku akhiri embrio rasa yang mulai bersenyawa
Padaku..

Ingin saja ku maki waktu yang telah menghadirkanmu
Diperadabanku..

Ingin sekali rasanya aku mematahkan sayap cintaku yang perlahan mengembang sempurna
Untukmu..

Ingin sekali rasanya menghapusmu dari penjelajahan mimpiku
Dan ingin sekali saja kau mencintaiku untuk selamanya.

~ Selamat Pagi Waktu ~

Terlalu awal aku menyapamu dalam wajah muram
Seakan menghiba akan mimpi yang terpenggal semalam
Mencari asa yang tertinggal diberanda sepi
Yang telah bercerita tentang kisah yang terjadi malam tadi

Tak terasa terlalu banyak sudah rahasia terungkap
Tentangmu
Tentangku
Dan tentang sebuah rasa
Yang terkadang jauh lebih indah bila tetap jadi rahasia

Menatapmu dalam pesona berbeda
Seperti mencipta satu hikayat cerita tentang waktu
Terlalu banyak takdir yang berbicara
Terlalu banyak hati yang tergugat
Namun hanya hatiku yang menjadi resah karenamu.

~ Bartahanlah Disana ~

Seiring pemahaman diri tentang arti sebuah kekurangan
Maka saat itu rasanya hanya Tuhan yang mengerti tentang kesempurnaan
Sama seperti saat mengharap untuk mencinta ataupun dicinta
Seperti tiada rahasia saat ku sadar kau laksana sinar hati ini
Biarpun hanya sesaat disisi pelita kala hati berduka
Namun kau tetap hulurkan tanganmu ketika aku hilang arah
Lalu haruskah hadir juga rasa saat mencoba menepis gelora
Apalagi ketika aku merasa kecewa pada duniaku yang berubah kelam tak bermakna
Namun semangatmu seperti sebuah asa yang bersenyawa hadir dijiwa
Dan harapan kau beri saat cintaku bersemi
Laksana nafas akhirku buat kau yang dihati
Dan bagai bintang menghiasi alam maya
Meninggalkan kilau tanpa sinar yang bercahya
Dan detik percintaan seperti sebuah anugerah
Dan aku pinta bertahanlah disana.

~ Here I am ~

When I tried to hate you
Is not it even makes you think I still love you anymore
When I try to not think about you
Actually shows that you're always there in my mind
Then when I received what I think as a consequence of the heart
So here I am
Enjoy all the feelings that are present as a gift
That it turns out I still have a feeling human again

Probably never occurred in my heart about your whereabouts
Probably never occurred to me of your presence
And all happened without me ever knowing it
That one day I will fall in love with you

I do not know!
I still try once again to touch my heart for you my sense of responsibility
Fingering my heart is still pounding it on your behalf
Or is this just a camouflage of deserted because of loneliness

But at least I have you to thank
That because of you I was able to get back into a human being with feelings
Not a cruel girl who still had anger towards the past
So here I am
Waiting for you to remove your tracks.

Rabu, 16 Oktober 2013

~ Mencoba Mengerti ~

Belajar untuk melumpuhkan rasa agar tidak menjadi sebuah dominasi
Bukan melarikan diri
Tapi hanya menerima dengan ikhlas sebuah hakikat yang tak bisa diganti
Menerima semua rasa menjadi sebuah keimanan
Bahwa ada kuasa Tuhan untuk di tiap takdirnya

Seperti menemukan jawab dicari
Kala serpihan puzzle dari sebuah permainan kehidupan telah lengkap adanya
Mencipta tawa dan tangis yang terkadang tak di mengerti
Untuk apa dan mengapa

Seperti lembaran usang sejarah yang coba untuk disimpan
Yang kemudian hanya menjadi memori tak berarti bagi sang pencari jati diri
Lalu terhapus bersama mimpi-mimpi yang menguap esok pagi

Dan kini aku pun mulai memahami
Bahwa sebenarnya aku sadar
Rasaku tidak akan pernah menjadi sesuatu pada rasamu

~ Keadilan Yang Dipertanyakan ~

Mengapa harus memaki mereka yang berteriak dalam lara tak di perdulikan

Padahal letih raga mencari serpihan hati nurani yang masih mampu memahami getirnya teraniaya

Kesombongan macam apa yang coba kau pertunjukkan..

Saat mereka menghiba akan harga diri yang masih lagi tersisa

Begitu aibkah air mata yang mereka alirkan

Padahal hanya itu saja yang tertinggal ketika semua bahagia mereka kau renggut dengan begitu durjana

Belum cukupkah darah kemiskinan mereka jadi makanan di piring keserakahanmu

Masih belum terpuaskan lagikah nafsu binatangmu yang masih lagi ingin menodai kesucian ibu pertiwi negerimu

Hingga sebuah keadilan masih lagi kau sembelih untuk tumbal kebejatan nuranimu

Pandanglah sejenak negeri ini

Apakah masih belum cukup penderitaan yang kau cipta di tanah yang sebenarnya kaya raya

Namun hanya karena kau !

Kini keadilan pun di pertanyakan keberadaannya

Olehku dan juga jutaan penduduk negeri ini yang masih lagi mencari serpihan
hati nurani yang tersisa.

~ Kecewa ~

Selarik kata bermain dalam untaian mimpi-mimpi yang tak lagi sempurna

Tampak sepi menapak enggan lagi berharap
Hanya senda kelu tawa yang terdengar di beranda hari
Hampa..

Masih lagi jariku meraba tiap lekuk hati yang menyimpan rasa itu dengan indah
Ternyata tak lagi sempurna
Apalagi saat kusadari warnanya tak lagi berkilau sama
Kecewa..

Mengapa kau biarkan olok-olok di luar sana jadi belenggumu
Padahal ku tak pernah perduli tiap tatap sumbang yang mengecam asaku tentangmu

Itu karena kau masih menganggapku sekedar ilusi

Jujur aku tak lagi mampu tersenyum lagi pada waktu
Aku enggan lagi bahagia sembunyikan kecewaku

Karena aku bukan sketsa mayamu !

Degup jantungku kini hanya memaki air mata yang dulu sempat hilang
Kecewa ini kembali melukai kepak sayap tangguhku
Pilu..

Maka mengapa tak hentikan saja semuanya laksana usainya sebuah permainan langit

Agar kecewa ini tak terus merajam
Padamu..
Padaku..

~ Catatan Langit ~

Diantara bait-bait kata yang terajut dalam untaian risalah yang beralkisah

Terkadang hadir bersama jutaan rasa yang tak lagi terbelenggu
Tawarkan bahagia dan airmata laksana sebuah permainan dari langit
Yang seakan menginginkan kita belajar dari perihnya luka yang di beri sang waktu
Namun masih tetap tersenyum seperti yang diberi hari

Bukan mudah untuk memahami jejak-jejak kehidupan yang terkadang hanya seperti sketsa tak terbentuk

Lalu apakah kita akan pergi saat
perjuangan belum lagi kita lakukan untuk mengambil hak yang seharusnya diterima

Maka biarkanlah catatan langit itu
bercerita dengan sendirinya
Sedang tugas kita hanyalah pemeran-pemeran hikayat langit yang sudah ditentukan olehNYA.

~ Perjalanan Musim ~

Ketika daun-daun menguning Diantara tempias angin musim yang menghantarkanku pada satu titik rindu pada hujan

Masih lagi terbayang kenangan tentang hujan tanpa henti di senja yang tertinggal kelam tanpa merah saga
Serasa sempurnakan harap akan cinta yang terjaga hati di seberang sana

Apalagi saat deru sang bayu seakan
mengingatkan kembali pada aroma rasa yang tercipta indah kala itu
Mencipta kasih yang membuatnya tak pernah lelah menelusuri tiap lekuk relung-relung senyum waktu
Menelusur hingga pada akhir setia
penantian raga yang tak bersketsa

Walau terkadang resah hadir tak
mampu terpungkiri jejaknya
Saat di beranda hati dia mencipta tanya akan harum rindu yang terasa berbeda tak seperti biasa

Dan mengalirlah ragu mengembara
mencari setiamu di tiap silsilah
peradaban kenangan yang enggan ditinggalkan

Yang terkadang berharap pada isyarat dari kerlip aurora yang kan
terjemahkan kejernihan cintamu yang tak tersentuh

Karena bagiku..

Cinta adalah sebuah kesadaran untuk mampu menghadirkan rasa tanpa harus merasa terpaksa.

~ Kesatria Jingga ~

Deru nafas berlari menjejaki tiap
kalimat yg masih berselindung tanpa
makna

Mencoba memahami tiap gurauan sang
waktu dalam pahatan penciptaan
bahasa kalbu tak tersentuh
Laksana kupu-kupu yang tak berhenti
mengembara mencari madu selepas
dahaga mendera jiwa
Walau terkadang letih raga mencoba
bertahan di kerasnya pertarungan
kehidupan

Jemari itu tetap terbebaskan tanpa
sengketa menguntai tiap bait bahasa
nurani yg terkadang tak mampu
berkumandang layaknya seruan dari
langit

Dan dalam diam..

Sang kesatria jingga tetap bertahan di
sunyinya tanah peradaban dari riuh hati
nurani yg tak lagi mampu terjemahkan
cinta dalam kidung yg lebih bijaksana.

~ Kidung Sepi Tentang Waktu ~

Berarak waktu menghempas asa bayu
yang terbina dalam calar balar damai
penantian senja

Namun tersisa tetap hanya sepi..

Rupa perawan laksana purnama
mengambang diantara pelataran
setapak laut tak beriak
Hampa..

Lalu untuk apa celoteh hari
berkumandang
Jika hanya sekedar memaki kesendirian
Karena waktu tak pernah meminta sepi
untuk bersuara

Jangan menghina resah tanah tempat
senja berlabuh walau dalam kesepian
Karena waktu tak pernah meminta sepi
untuk menangis meraung hanya
sekedar menghiba hati agar bernurani

Jadi tetaplah disana !

Agar sepi tak perlu menatap waktu
dalam luka sembilu karena terbaikan
hari yang tak mampu berepilog

Maka tetaplah disana !

Agar aku jadi tangguh walau hanya
sekedar mengalunkan kidung sepi
tentang waktu yang tak lagi tawarkan
bahagia pada senja.

~ Love Story ~

Ketika rasa itu hadir mengetuk dinding
kalbu dalam satu senyum indah penuh
harapan

Ada gelora yang mengalir dalam dada
seakan-seakan kidung langit yang
menggoda para hamba dalam sujud
setia padaNYA
Membuat angan mengembara
menjelajah tiap tanah-tanah harapan
yang tercipta dalam satu resah yang
sempurna

Benarkah ini adalah cinta..?

Lalu seiring waktu hikayat kisah
tentang kau dan aku pun tercipta
Banyak ayat-ayat coba jadi penterjemah
asa dan rasa

Bahkan terkadang..
Tak urung sedih dan tawa..
Ragu dan juga resah..

Seakan jadi himpunan peradaban hati
yang membuat waktu tak pernah sepi

Dan hingga hari ini..

Rasa itu masih ku jaga setia dalam
palung hati yang terdalam
Walau bukan mudah bertahan di riak
hempasan gelombang yang
menghadang

Namun aku percaya..

Selama masih ku temukan kau diantara
sejarah hari
Maka selama itu ku kan mencintaimu
dalam sederhananya cintaku.

~ Masih Lagi ~

Masih lagi gelap sempurnakan langitku

Hanya di temani sepi yang terkadang menghanyutkanku dalam sisi gelap jiwa yang tersembunyi dari indah cahaya
Tempat di mana segala perih yang harus ku tahan dari gemerlapnya kehidupan
Dimana air mataku tersimpan indah bersama luka yang harus kunikmati sendiri walau terkadang aku lelah

Kuasingkan semua sesak yang hampir membunuh semua kesadaranku sebagai manusia
Hanya untuk menjaga kepak sayap itu tetap lagi putih
Walau terkadang keputusasaan merajam dalam luka tak terobati

Namun aku tetap bertahan walau terkadang aku tak kuasa untuk tidak mengutuk langit
Saat aku tak lagi mampu membendung sedihku

Masih lagi gelap sempurnakan langitku
Masih lagi sama..
Saat ku tak lagi mampu membendung sepiku

Karena disana masih lagi ada perih yang harus ku nikmati sendiri.

~ Aku Lelah ~

Diantara perjalanan waktu yang terkadang tak selalu tampak indah dalam kilau pesona senja
Jejak-jejak hitam kadang kala hiasi hari dalam seringai yang menakutkan

Lalu apakah itu akan membuatku harus hentikan langkah ?
Atau malah hanya diam laksana patung bernyawa !

Aku hanya mampu belajar perbaiki diri untuk setiap rasa yang tercipta
Karena hanya itu yang membuatku masih lagi tampak sejatinya manusia

Namun mengapa...
Tetap saja ada yang yang tak bahagia saat aku kembali belajar untuk tersenyum
Setelah sekian waktu aku hanya mampu menatap suram pada langit

Padahal aku tak pernah meminta bahagia siapa pun
Aku tak pernah merenggut cinta mana pun

Lalu mengapa aku dianggap sebuah aib untuk sebuah kesalahan yang tidak aku lakukan?

Aku bukan manusia yang mampu bersabar terlalu lama
Karena aku juga harus berjuang untuk menemukan bahagiaku

Tapi mengapa tudingan jari itu tetap mengarah kepadaku !
Padahal aku lelah harus terus tampak tangguh...
Aku letih untuk selalu tersenyum dan memaafkan...

Namun aku juga tak sanggup mencipta air mata di matanya untuk membalas semua sakit yang ku dera
Walau aku lelah untuk terus tersenyum dan memaafkannya.

~ Jangan Panggil Aku Hina ~

Kerontang sudahkah santun itu dari lidahmu
Hingga tak kau temukan lagi ayat-ayat indah untuk mengkisahkan tentang laramu

Begitu rendahkah kini adabmu
Hingga tak lagi berkemanusiaan untuk menceritakan sedihmu

Atau kini hatimu telah menghitam karena benci yang kau tanam ditanah yang seharusnya kau semai indahnya kasih sayang

Mengapa masih lagi kau tuding jari itu kearahku hanya sekedar melepas amarahmu

Apa salahku?
Lalu mengapa kau masih tak mampu melihat kebenaran yang tak bisa kau pahami

Jangan panggil aku hina..
Hanya karena dendam yang tak beralasan dan tak mampu kau teriakkan

Jangan berteriak tentang Tuhan !

Jika hatimu masih lagi biadab melebihi hewan yang tak beradab.

Jangan panggil aku hina..
Jika kau masih tak mampu melihatku dengan kebenaran.

~ Gairah Yang Pudar ~

Sesak nafas hiasi rongga dada yang
tersumbat sepi
Apalagi saat kolong-kolong langit tetap
tak mampu sempurnakan gairah yang
terpendam sepi

Padahal gairah itu masih disana

Masih lagi mengharap satu kewujudan
setelah sekian lama hilang dalam gairah
yang pudar
Apalagi rindu ini begitu membara

Yang masih saja berharap sepi tak
memakan jiwa yang rindukan sajak-
sajak

Dan entah sudah berapa juta kata harus teraborsi
dengan paksa saat masih lagi tersimpan
gairah untuk melahirkannya dalam
sebuah konsep yang tak sekedar
bayang-bayang

Namun sayangnya rahim otakku
ternyata mandul
Karena sekeras apapun aku berjuang
Tetap saja aku terkapar dalam gairah
yang pudar.

~ Sketsa Ilusi ~

Ku tatap kosong pada waktu yang enggan bicara saat ku tanya tentang keberadaan senyumnya yang tak lagi indah

Padahal dulu..
Siluet itu yang selalu jadi tujuanku saat kembali dari pengembaraan jiwaku yang panjang

Namun kini yang ku temukan hanya sisa-sisa kenangan yang tak mampu bicara
Bahkan perlahan punah dari mulut hari yang lebih banyak diam dalam tanya tak berjawab

Aku tahu..
Tak seharusnya ku cari lagi jejakmu yang tak lagi bertapak

Aku sadar..
Aku seharusnya tak boleh lagi menanti siluetmu di ujung senja sama seperti dulu

Namun sketsa wajahmu terus mengusikku ketika rindu itu menyapa sepiku
Padahal ragamu tak lagi termiliki waktu

Entah mengapa..
Aku masih saja di sana menanti senja..
Diantara nisan yang jadi saksi keberadaan jasadmu yang kini hanya jadi sketsa ilusi.

~ Ini Tentang Sepiku ~

Ku telusuri kembali bayang-bayang jejak sepi disebalik jendela beranda waktu yang masih saja enggan ku tutup dari kenangan

Masih sama ternyata..

Rupa kesedihan yang dulu coba ku tanam di tanah peradaban
Hanya sekilas menghilang tersapu senyuman sang waktu

Padahal seharusnya aku sadar..

Aku sebenarnya terlalu angkuh untuk mengakui bahwa ku takut untuk di tinggalkan dalam kesedihan
Karena aku ternyata tak setangguh karang yang sanggup menentang ombak ditepian samudera

Jiwaku ternyata kerdil..

Membuatku tak mampu lagi melukis sketsa bahagia seperti dulu
Padahal aku tahu pigura itu memiliki kanvas tak berpenghuni

Aku selalu berteriak hanya tuk menyapa senja
Padahal aku hanya takut akan sepi gelap yang menghiasi mimpiku yang terbina di tengah peradaban cahaya

Akhirnya itu hanya membuatku berani menelusuri kembali bayang-bayang jejak sepi disebalik jendela beranda waktu
Sama seperti dulu..
Saat berulangkali bahagia meninggalkanku dalam tanya yang tak terselesaikan.

~ Aku Mencintaimu Apa Adanya ~

Untuk seketika ku lupakan semua aturan saat cinta itu hadir mengusik kesendirianku

Seiring waktu yang terus berputar dalam dekap harap mimpi-mimpi yang tercipta
Aku mencoba melawan suara-suara yang berbisik tentang indah hadirmu

Namun sayangnya aku terlanjur terpaut oleh cinta yang menggoda di beranda hati
Lalu apakah cinta yang hadir ini adalah sebuah kesalahan?

Apalagi ketika ku biarkan rindu ini makin lama semakin menusuk jiwaku
Membuatku ingin selalu mendekapmu dalam harap tuk memilikimu
Walau ku tahu cinta adalah sebuah misteri yang tak pernah ku tahu akhirnya

Namun buatku selamanya kau akan selalu jadi anugerah terindah di perjalanan hidupku

Karena ku tahu..
Aku cinta kau apa adanya
Hari ini..
Esok hari..
Dan juga sampai lusa nanti.

~ Sepenggal Puisi Untukmu Ibu ~

Sejarah cinta tentangmu selalu tak kan pernah bisa terhapus oleh waktu

Walau ribuan masa terlewati dalam silsilah peradaban yang datang silih berganti

Namun sosokmu tampak abadi dalam kesucian kasih yang tak kan pernah bisa tergantikan
Bahkan intan permata tak kan mampu membayar tiap titik peluh pengorbanan yang kau berikan

Walau terkadang perih ombak kehidupan menerjang
Namun tak sedikit pun kau biarkan kami terluka dalam pelukmu

Ibu..
Terima kasih untuk semua cinta yang selama ini kau beri tanpa pamrih
Walau kami tak akan mampu mengembalikan semua yang telah kau beri

Namun biarkan sejenak pundakku jadi sandaran lelahmu
Biarkan tanganku memelukmu saat kau tak lagi mampu melangkah
Dan ijinkanlah aku jadi pengobat letihmu.

~ Dalam Kenangan Lelaki Senjaku ~

Masih ku ingat lagi kenangan bersamamu
Ketika bait kata-kataku hanya mampu bercerita tentang hadirmu

Bahkan saat ribuan senja ku lalui dalam dekapan cinta
Rasanya kidung rinduku jadi sang penyempurna waktu

Seperti senja-senja yang telah ku lewati dalam satu siluet merah saga
Kenanganmu masih tampak indah seperti siluet yang selalu ku temukan diakhir cakrawala senja kita

Namun ketika kau pergi tinggalkanku tanpa sebait kata
Dunia kecilku luluh lantak..
Kepak sayapku terkerat patah..
Dan launganku hanya mampu memaki langit..

Kau terenggut paksa tanpa kerelaanku
Menjadikanku hanya manusia yg tak sempurna dalam ketidak sempurnaanku
Bahkan jemariku pun enggan berkata
Imaginasiku seketika berubah jadi sampah di tebing waktu

Tapi kini..
Setelah semusim senja ku biarkan hatiku berdilema
Aku tersadar pada satu kenyataan kehidupan
Bahwa duniaku belum lagi berakhir
Bahkan esok pun masih lagi ku temukan pagi

Lalu mengapa tak ku coba saja tuk lagi belajar kepakan sayapku yg hampir pulih
Walau perih itu masih terasa
Namun bukankah itu yg membuatku jadi tangguh

Dan kini ku percaya..
Masih kan ku temukan cinta di senja berikutnya.

~ Diary Cinta ~

Kata demi kata terangkai jadi sebuah kalimat penuh makna
Hadir bersama rasa yang tercipta indah dari perjalanan sang waktu

Yang terkadang tak selalu tawarkan rupa keindahan

Karena air mata seakan jadi pelengkap sebuah harapan yang tersemai

Cinta..
Jalinan sebuah perasaan yang hadir dengan ketulusan abadi
Yang tersketsa tak hanya bercerita tentang kau dan aku

Karena cinta..
Juga menuliskan bait-bait kasih tentang sebuah persahabatan
Dan juga sayang tentang indahnya persaudaraan

Seperti sebuah penelusuran jejak cinta yang seakan memasuki fasa waktu yang memiliki lorong panjang tak ternokhta
Yang mungkin hadir bersama resah dan ragu yang melanda
Bahkan terkadang cinta membuat kepak sayap kita patah di rebahan keputusasaan
Kala rasa yang terbina atas nama cinta tak berakhir bahagia

Lalu apakah kita harus berhenti mencintai cinta..?

Apalagi cintaNYA masih lagi bersemayam abadi di rongga keimanan

Cinta..
Tak pernah mengajarkan kata benci
Hanya mengajarkan kita pentingnya sebuah keikhlasan untuk mencintai.

~ Biarkan Hening Itu Beranjak ~

Gusar beranjak menghiba dalam peluk waktu yang masih lagi enggan berpaling

Masih lagi mencari sisa-sisa keberanian langkah dalam dimensi yang terpasung luka semusim
Seakan menjadi resah yang tak beradab ketika hadir dalam sepi purnama tak bertuan

Lalu apakah kau akan berhenti bercerita tentang tawa saat kau masih lagi mampu tertawa

Atau hanya mampu bercerita tentang air mata yang tak lagi bernyawa

Bukankah pekung senja tak hanya hadir dalam bayang muram

Lalu mengapa kidung itu masih lagi kau lantunkan saat bahagia masih mampu kau temukan diantara sepi penantian
Atau kau hanya mampu meraba sepi

Hentikan saja resahmu diantara gelombang
Biarkan saja sedih itu hancur dalam puing-puing karang

Bukankah masih ada hari yang akan jadi penikmat sepimu
Saat kau masih lagi belajar hargai bahagiamu.

~ Sketsa Pemahaman ~

Keratan kata-kata itu seakan menggelegak mencari muara tuk di semai dalam rahim peradaban

Padahal tiap abjad masih lagi coba tuk di jabarkan akan sempitnya pemahaman

Rongga-rongga waktu pun seakan mulai menghitung tiap senti keuntungan yang di tawarkan pemikiran
Lalu mau jadi apa kita?
Jika kita masih lagi berkutat pada kain yang tak juga rapi ikatannya

Sedangkan bintang telah datang tawarkan undangan tuk datang bersama nikmati masa yang tak lagi hanya sebatas sketsa.

~ Bidadari Tak Bersayap ~

Diantara langkah yang tak lagi mampu mencipta jejak dalam kilau senja
Terpaku raga dalam resah akan rindu gemerisik gelombang dihentian batas cakrawala
Mencari asa yang terhanyut dalam buai luka yang masih menyisakan perih

Padahal waktu tak lagi bercerita tentang luka saat kelamnya kisah
Bahkan beranjak menjauh ketika jiwa masih lagi meratap

Untuk apa masih kau simpan iba ?
Ketika kekuatan telah mengulurkan tangan untuk mengajakmu bangun dari mimpi buruk

Mengapa harus bertanya pada roh-roh malam yang tak menghiraukan tangismu
Jika keadaanmu masih lagi di beri sebuah kesempatan bersenyawa

Belajarlah melangkah
Walau perih itu akan menyiksa keberadaan tangguhmu melangkah

Tetaplah bermimpi
Walau bayang-bayang asa memudar karena langit tak lagi mendengar

Bukankah itu akan membuatmu jauh lebih indah
Laksana bidadari tak bersayap
Yang tetap mampu ke langit
Dengan indahnya kekuatan cahaya kepercayaan kepadaNYA.

~ Sebuah Rahasia ~

Kegilaan apa ini ..
Umpatku dalam hati ketika ku sadari rasa itu masih lagi bertahta indah dalam kenang masa lalu
Kebodohan macam apa ini ..
Makiku saatku selalu saja tak mampu hilangkan rasa yang pernah bersemi indah dalam hati

Desah galauku pun seakan menyekat rongga pernafasanku saat pikiranku masih saja terpatri tentangmu

Bahkan ketika suaramu masih sama ketika bercerita tentang kehidupan
Aku seakan ikut terhanyut dalam kehidupanmu yang penuh tantangan
Kegairahanmu saat bercerita tentang lingkungan pekerjaan
Membuatku seakan menemukan banyak hal-hal baru yang begitu mengagumkan

Denganmu ..
Waktu seakan tak terhenti ketika kita saling berdiskusi
Mendengarmu berceloteh seperti sebuah kidung indah yang tak ingin aku hentikan

Aku tahu cinta itu masih ada
Tapi keadaan memaksa satu masa depan untuk berhenti mencipta impian
Memaksa diriku untuk mencintamu sebagai sebuah rahasia

Padahal ingin kusentuh lukisan cinta itu dalam dekap ragaku
Tapi aku hanya diam membisu
Ketika ku sadar ada kelam yang tak ingin kau sentuh.

~ Mencarimu ~

Terhuyung aku dalam perih luka semusim yang tak terbaca
Mencari sebab untuk tiap air mata yang mengalir
Mengeja tiap kata yang tertinggal di daun-daun lontar yang usang
Meraba tiap rasa yang terburai ketika mencarimu

Kelam waktu berjibaku dengan sepenggal memori yang kau beri
Bahkan deru suaramu terhapus suara hening malam yang tak bermaya
Membuatku tak tahu dimana mesti mencarimu

Aku letih sendiri
Menangisi penggal-penggal mimpi yang tak beraga
Aku ingin bersamamu
Bertikam lidah bercerita tentang luka

Katakan kemana aku harus mencarimu wahai sang angin
Karena aku ingin memakimu ketika kau tinggalkan sajak luka itu

Padahal kau tahu aku selalu bermimpi bersamamu
Bercerita tentang kelam seperti penggal sajak-sajak cinta.

~ Aku Tergoda ~

Aku tertawa dalam hati ketika tiba-tiba ada desir indah teraba
Mencoba berhenti berceloteh tentang sebuah mimpi yang kusadar tiada akhir
Bahkan gurauan tentang rasa itu pun aku tahu hanya akan beri luka

Tapi jujur aku tergoda padamu
Pada celotehmu tentang semua yang mampu kau terjemahkan dalam satu sketsa imajinasi yang mengagumkan

Aku mencemburuimu
Saat jemarimu mampu menari bersama gairah yang tersinkronisasi dengan isi kepalamu

Aku tergoda padamu
Saat kau mampu menemukan momentum untuk lukiskan tiap rasa dalam kata yang beremosi indah
Begitu bergairah..

Sedangkan aku masih berjibaku dengan luka dan air mata yang membuatku muak

Dan tiap tarikan katamu seperti sebuah lukisan yang berwarna warni ceriakan kanvas usang
Dan jujur aku mulai tergoda
Untuk menjadi sepertimu
Yang mampu tetap berirama dalam simfoni nada tak ternokhta.

~ Semoga ~

Semoga
Ku terima doa-doa perih diantara luka yang terlalu renta
Masih saja sama
Walau terkadang kita tak mampu meraba dimana sisa luka
Namun bukankah masih ada harap di dada

Semoga
Pilu kita bukan jadi senandung buat mereka terenyuh
Bukan itu asa yg terpatri di kalbu

Hanya belajar tersenyum ketika kehidupan masih saja mengajarkan kita arti luka walau makin berdarah

Semoga
Senja masih lagi merah saga
Senyum bahagia waktu masih lagi menanti entah dimana
Dan kita masih lagi belajar menerima sepi yang terlanjur jadi karib sejati

Semoga
Bisikmu masih lagi jadi penyemangat rapuh mimpiku

-:- Ini Salahku -:-

Seperti sebuah sejarah panjang
Yang bercerita tentang awal dan akhir kisah
Yang terkadang penuh dengan gejolak rasa

Seperti sebuah sejarah panjang
Pengulangan cerita terkadang terjadi tanpa direncanakan
Mengalir tak hanya hadir sekedar wacana
Bahkan emosi dan empati jadi sebuah jati diri

Ini salahku..
Saat kubiarkan cinta berlabuh tanpa sauh
Yang kemudian hanyut tanpa gelombang pasang
Begitu hening..
Tapi itu yang membuatku menjerit pilu

Ini salahku..
Kubiarkan cinta menjajah tanpa perlawanan
Memberi kasih tanpa indikasi
Lalu hilang tanpa sejarah

Ini salahku..
Saat air mata bercerita tentang perih waktu saat bersama
Aku memilih diam dan pergi
Meninggalkan semua mimpi yang kau beri

Ini salahku..
Ini salahku..
Ini salahku..

Kamis, 27 Juni 2013

.:. WAKTU UNTUK SENJA .:.

Ketika mimpi seakan berada di ambang batas

Keluh kaki melangkah jejaki asa yg masih tertinggal

Apalagi saat hati ragu tuk memohon pada hari

Sisakan sedikit saja lagi waktu untuk senja

Agar esok masih dapat ku sempurnakan pagi yg tak sempurna

Walau terkadang jemariku terlalu lelah untuk bercerita

Tapi entah mengapa intuisiku masih lagi berlari mencari jejak imaginasi di tanah tandus

Yang seakan mengembara dalam putaran mimpi yg terpenggal

Bahkan terkadang membuatku serasa terpasung dalam kotak pandora

Apakah aurora terlalu sempurna untuk di terjemahkan?

Atau aku yg terlalu lemah untuk belajar memahami tentang catatan langit

Dan andai saja aku mampu memohon pada hari

Maka sisakan saja sedikit lagi waktuku untuk senja.

.:. SEMOGA .:.

Ku terima doa-doa perih diantara luka yang terlalu renta
Masih saja sama
Walau terkadang kita tak mampu meraba dimana sisa luka
Namun bukankah masih ada harap di dada

Semoga
Pilu kita bukan jadi senandung buat mereka terenyuh
Bukan itu asa yg terpatri di kalbu

Hanya belajar tersenyum ketika kehidupan masih saja mengajarkan kita arti luka walau makin berdarah

Semoga
Senja masih lagi merah saga
Senyum bahagia waktu masih lagi menanti entah dimana
Dan kita masih lagi belajar menerima sepi yang terlanjur jadi karib sejati

Semoga
Bisikmu masih lagi jadi penyemangat rapuh mimpiku.